Persoalan pengelolaan tanaman kelapa sawit di tingkat petani sangat membutuhkan perhatian karena umumnya mereka tidak memiliki acuan dalam berbudidaya kelapa sawit. Informasi hanya mengandalkan pengalaman rekan sesama petani yang berbeda kondisi lahan dan kebunnya sehingga hasilnya pun berbeda.
Petani harus dipahamkan bahwa setelah pohon kelapa sawit ditanam, tidak hanya menunggu hingga panen tapi tanaman harus dirawat dan dipupuk, tanah dijaga kesuburannya, bahkan ada teknik memetik buah (TBS). Jika hal-hal tersebut dilakukan, petani bisa lebih mengoptimalkan kebun dan hasil panennya.
Konsep tersebut menjadi perspektif Widya Erti Indonesia (WEI)—salah satu yayasan yang concern dengan isu-isu keberdayaan petani—dalam melakukan pemberdayaan petani. Perspektif itu kemudian diimplementasikan melalui Sekolah Lapang Budidaya Kelapa Sawit; sebuah metode pembelajaran orang dewasa bagi petani untuk belajar mengelola kebunnya termasuk membuat pupuk organik secara mandiri yang sangat penting bagi ekosistem tanah.
Dalam implementasi program sekolah lapangnya, WEI melibatkan para petani yang berminat untuk dilatih menjadi fasilitator yang akan memfasilitasi kegiatan sekolah lapang, yaitu Petani Fasilitator. Selain teknik memfasilitasi, petani juga dibekali dengan serangkaian materi budidaya yang telah teruji berdasarkan pengalaman panjang WEI dalam memberdayakan petani. Kronologis ini yang melatar belakangi kegiatan Training of Trainer bagi petani fasilitator yang berada di Kecamatan Pujud dan Tanjung Medan Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Kegiatan ToT berlangsung selama 5 (lima) hari dari tanggal 17-21 Februari 2025 di Aula Kantor Kepenghuluan Kasang Bangsawan yang telah menjadi mitra kerja WEI. Acara diawali dengan pembukaan oleh Kepenghuluan Kasang Bangsawan, Rahmadi, S.Ip.
“Kami ingin mencetak fasilitator yang akan mendampingi petani dalam mengelola kebunnya karena kami tidak selamanya ada di sini. Semua materi kurikulum pemberdayaan diajarkan dan dipraktekkan selama training berlangsung karena orang dewasa tidak cukup hanya mendengar dan membaca saja. Itulah inti dari kegiatan ini”, jelas Kusnan Asikin yang menjadi koordinator kegiatan Training of Trainer.
Dalam mengatasi persoalan dalam pengelolaan kebun kelapa sawit di tingkat petani, memang dibutuhkan kepedulian semua pihak. Apalagi petani swadaya berkontribusi signifikan dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Semoga apa yang WEI bangun mampu berkontribusi di tingkat tapak.