Labuhan Pandan – Pantai Gili Kembar, salah satu destinasi wisata yang terletak di Desa Labuhan Pandan, kini tengah menjadi sorotan berkat program revitalisasi yang dilakukan oleh Kelompok KKN dari perguruan tinggi Universitas Mataram. Program ini merupakan upaya strategi untuk meningkatkan daya tarik wisata lokal sekaligus memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Revitalisasi ini mencakup berbagai aspek pembenahan, mulai dari infrastruktur hingga fasilitas pendukung yang sebelumnya kurang memadai. Salah satu prioritas utama adalah rekonstruksi berugak, yang selama ini menjadi tempat istirahat bagi para wisatawan. Dengan desain yang lebih modern dan nyaman, berugak.
Selain itu, pembangunan toilet umum yang bersih dan ramah lingkungan juga menjadi sorotan. Toilet ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, tetapi juga untuk mendorong standar kebersihan yang lebih baik.
Penambahan bak sampah di berbagai sudut pantai juga diharapkan mampu mengatasi permasalahan sampah yang sering menjadi kendala di kawasan wisata.Tidak hanya itu, batas kawasan parkir juga diperbaiki untuk menciptakan kesan yang lebih tertata dan meningkatkan keamanan kendaraan wisatawan. Koordinator program menyebutkan bahwa revitalisasi ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai bentuk pemberdayaan dan upaya menumbuhkan rasa yang dimiliki terhadap fasilitas publik.
Program ini tidak hanya memperbaiki fasilitas fisik, tetapi juga menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dengan partisipasi warga, kami berharap Gili Kembar bisa menjadi destinasi wisata yang lebih ramah lingkungan dan nyaman untuk semua, ” ujar Ketua KKN PMD Desa Labuhan Pandan.
Pantai Gili Kembar memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu ikon wisata unggulan di wilayah Lombok Timur. Dengan pemandangan laut yang indah dan spot mancing yang sangat baik pantai ini telah menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, kurangnya fasilitas yang dimiliki sebelumnya menjadi kendala utama dalam pengembangan potensi wisata ini.
Revitalisasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Para pedagang lokal, penyedia jasa wisata, hingga pengelola wisata dapat merasakan manfaat langsung dari meningkatnya kunjungan ke Gili Kembar.
Keberhasilan revitalisasi ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, mulai dari Kelompok KKN, pemerintah desa, hingga masyarakat setempat. Program ini juga dirancang dengan mempertimbangkan keinginan lingkungan. Salah satu inovasi yang diusulkan adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan sampah serta pelibatan warga dalam menjaga kebersihan pantai secara rutin.Melalui program ini, Gili Kembar diharapkan tidak hanya menjadi destinasi wisata unggulan, namun juga menjadi contoh bagaimana sinergi antara pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dapat menciptakan perubahan yang nyata.
Dengan segala potensi dan dukungan yang ada, Pantai Gili Kembar diproyeksikan menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati di wilayah Lombok Timur dalam beberapa tahun mendatang. Tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga pengalaman wisata yang lebih nyaman, ramah lingkungan, dan berkesan.
Dilabuan pandan ada 3 budaya yang pertama budaya suku sasak, budaya bugis, dan budaya bajo. Budaya suku sasak kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk asli Pulau Lombok. Budaya Suku Sasak meliputi adat, kesenian, dan bangunan.
Berikut adalah beberapa contoh budaya Suku Sasak:
- Peresean: Tradisi pertarungan antara dua pria Suku Sasak yang mirip dengan gladiator. Tradisi ini memiliki nilai-nilai dan maksud tersendiri, salah satunya untuk menyeleksi prajurit pada masa berdirinya Kerajaan Lombok.
- Kawin Culik (Merarik): Tradisi pernikahan Suku Sasak yang dilakukan dengan cara calon pengantin pria menculik calon pengantin wanita selama 3 hari.
- Gendang Beleq: Alat musik tradisional Suku Sasak yang terus terjaga dan lestari hingga sekarang.
- Bale: Rumah adat Suku Sasak yang terbuat dari bambu, alang-alang, abu jerami, tanah liat, dan kotoran kerbau.
Budaya Suku Bajo erat kaitannya dengan laut. Suku Bajo dikenal sebagai “pengembara laut” karena sebagian besar kehidupan mereka dihabiskan di atas perahu atau rumah panggung yang terapung di laut.
Beberapa tradisi dan seni budaya Suku Bajo, di antaranya:
- Ma’dupa: Salah satu tradisi menarik Suku Bajo yang masih ada hingga sekarang
- Genrang Bajo: Musik tradisional Suku Bajo yang memadukan suara alat musik tradisional, seperti gendang, gong, dan rebana
- Cera Leppa: Upacara selamatan perahu
- Tamuni: Tradisi celup bayi baru lahir untuk menyiapkan anak yang sehat dan berjiwa kemaritiman
- Sedekah laut: Salah satu tradisi Suku Bajo