Peta Jalan Pertanian dalam Pembangunan: Pengembangan Komoditas Pertanian Strategis Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045
Indonesia, sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional. Pertanian tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar penduduk, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian negara. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan perencanaan yang matang dan terarah, yang diwujudkan dalam sebuah peta jalan atau roadmap. Peta jalan ini berfungsi sebagai panduan strategis untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan pertanian, dengan mempertimbangkan potensi, permasalahan, dan tantangan yang ada.
Potensi dan Kontribusi Sektor Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa indeks produksi pertanian pada tahun 2023 meningkat sebesar 5,66 poin dibandingkan tahun 2022. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam produksi hortikultura dan peternakan. Selain itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Selatan, dengan kontribusi sebesar 11,37% pada tahun 2023 (BPS Kalimantan Selatan, 2024).
Namun, potensi ini belum sepenuhnya termanfaatkan. Indeks produksi tanaman pangan pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 2,61 poin dibandingkan tahun 2022. Penurunan ini menunjukkan adanya permasalahan dalam produksi tanaman pangan yang perlu segera diatasi.
Tantangan dalam Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Beberapa tantangan utama meliputi:
- Konversi Lahan: Laju konversi lahan sawah yang tidak terkendali mencapai 100 ribu hektar per tahun.
- Kualitas Lahan: Penurunan kualitas lahan pertanian, bahkan banyak yang masuk kategori kritis.
- Kepemilikan Lahan: Ketidakpastian status kepemilikan lahan oleh petani.
- Infrastruktur: Kondisi prasarana pertanian yang memprihatinkan, seperti jaringan irigasi dan jalan usaha tani.
- Kelembagaan Petani: Kelembagaan petani yang belum memiliki posisi tawar yang kuat.
- Regenerasi Petani: Menurunnya minat generasi muda di bidang pertanian.
Selain itu, tantangan eksternal seperti perubahan iklim, kondisi perekonomian global, peningkatan jumlah penduduk, dan urbanisasi juga mempengaruhi pembangunan pertanian.
Strategi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan strategi pembangunan pertanian yang komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa strategi yang dapat diimplementasikan meliputi:
- Pengendalian Konversi Lahan: Menerapkan kebijakan yang ketat untuk mengendalikan konversi lahan pertanian.
- Rehabilitasi Lahan: Melakukan rehabilitasi lahan pertanian yang rusak.
- Sertifikasi Lahan: Mempercepat proses sertifikasi lahan untuk memberikan kepastian hukum kepada petani.
- Peningkatan Infrastruktur: Meningkatkan infrastruktur pertanian, seperti irigasi, jalan usaha tani, dan fasilitas penyimpanan.
- Penyediaan Sarana Produksi: Menyediakan benih/bibit unggul bermutu, pupuk, dan alat mesin pertanian yang terjangkau.
- Penguatan Kelembagaan Petani: Memperkuat kelembagaan petani agar memiliki posisi tawar yang lebih baik.
- Regenerasi Petani: Mendorong minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian melalui berbagai program pelatihan dan insentif.
Implementasi Peta Jalan Pertanian
Implementasi peta jalan pertanian memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat sipil. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor pertanian dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Berdasarkan data empiris yang ada, sektor pertanian di Indonesia memiliki potensi yang besar, namun juga menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Untuk mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan, diperlukan strategi yang komprehensif dan implementasi yang efektif.
Salah satu contoh keberhasilan implementasi strategi pembangunan pertanian adalah program penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dengan menyediakan pupuk yang terjangkau bagi petani. Dengan adanya digitalisasi dalam penyaluran pupuk bersubsidi, diharapkan kegiatan ini dapat dipantau secara lebih efektif dan efisien.
Persoalan pangan ke depan akan menjadi isu strategis dan perhatian setiap negara di dunia. Menyikapi tantangan pangan global, Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala telah menyiapkan langkah-langkah strategis yang diterjemahkan dalam bentuk “Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Komoditas Pertanian Strategis Menuju Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045. Peta Jalan yang disusun merupakan salah satu dokumen perencanaan jangka panjang yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis guna mendukung percepatan pencapaian pertanian Indonesia menuju Lumbung Pangan Dunia.
Peta Jalan ini juga disusun berdasarkan analisis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan, termasuk isu strategis yang akan dihadapi pembangunan pertanian kurun waktu 25-30 tahun ke depan. Peta jalan yang disajikan berikut ini merupakan ringkasan dari Peta jalan pengembangan 8 (delapan) komoditas pertanian strategis (padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, tebu, dan daging sapi) yang telah disusun secara terstruktur dan komprehensif.
Peta jalan pertanian merupakan panduan strategis yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan potensi, permasalahan, dan tantangan yang ada, serta mengimplementasikan strategi yang komprehensif, Indonesia dapat mewujudkan swasembada pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Penulis : Muhammad Fariz Akbar Pahlevi dari berbagai sumber