Pembangunan pertanian selama tiga dasa warsa yang lalu telah berhasil memacu pertumbuhan produksi pertanian dan mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan. Walaupun demikian ditinjau dari aspek pemerataan pemanfaatan hasil pembangunan apalagi terkait dengan kesejahteraan petani, maka dapat dikatakan bahwa apa yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Dari aspek pengembangan sumber daya manusia, produktivitas tenaga kerja pertanian masih jauh dibandingkan sektor lainnya, dan ini terutama disebabkan masih besarnya porsi tenaga kerja yang bekerja di pertanian, sehingga rata-rata partisipasi tenaga kerja pertanian hanya 26 jam per minggu, jauh dibawah sektor lainnya yang telah mencapai 44 jam per minggu.
sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, telah menunjukkan kontribusi yang sangat signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 juta dan terus bertambah 1,6 persen per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk memenuhinya
Sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan sektor ini. Sektor pertanian tidak hanya melibatkan kegiatan bercocok tanam atau budidaya hewan, tetapi juga mencakup aspek penting lainnya seperti pengolahan hasil pertanian, distribusi, serta riset dan inovasi. Oleh karena itu, SDM yang berkualitas menjadi kunci utama untuk menciptakan pertanian yang produktif, efisien, dan berkelanjutan. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa sumberdaya manusia dalam sektor pertanian semakin tahun menurun, antara lain:
1. Kurangnya Minat Generasi Muda
Saat ini, banyak generasi muda yang kurang tertarik untuk terlibat dalam sektor pertanian. Mereka cenderung lebih memilih bekerja di sektor industri atau teknologi yang dianggap lebih modern dan memiliki prospek karier yang lebih menjanjikan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja muda yang memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengelola sektor pertanian dengan cara yang lebih inovatif.
2. Keterbatasan Akses Terhadap Pendidikan dan Pelatihan
Meskipun pendidikan pertanian semakin berkembang, masih banyak petani dan pekerja pertanian yang tidak memiliki akses memadai ke pendidikan formal atau pelatihan keterampilan khusus. Banyak petani yang mengandalkan pengetahuan turun-temurun tanpa didukung oleh pengetahuan terbaru mengenai teknik bercocok tanam, penggunaan teknologi modern, atau manajemen yang efisien.
3. Kurangnya Keterampilan Teknologi
Penerapan teknologi dalam sektor pertanian sangat penting untuk meningkatkan produktivitas. Namun, banyak petani yang belum familiar dengan teknologi terbaru, seperti sistem irigasi otomatis, penggunaan drone untuk pemantauan tanaman, atau aplikasi berbasis data untuk perencanaan pertanian yang lebih akurat. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan teknologi bagi SDM pertanian harus menjadi fokus utama untuk mempercepat modernisasi sektor ini.
4. Usia Petani yang Tua
Di banyak daerah, sebagian besar petani adalah orang-orang yang sudah lanjut usia. Hal ini menambah tantangan dalam memastikan keberlanjutan sektor pertanian. Petani yang lebih tua mungkin tidak memiliki daya atau keinginan untuk mengadopsi teknologi baru dan bisa saja mengurangi produktivitas pertanian dalam jangka panjang.
5. Peningkatan Kesejahteraan Petani
Selain aspek keterampilan, kesejahteraan SDM pertanian juga harus diperhatikan. Meningkatkan pendapatan petani, memberikan akses kepada layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih layak sangat penting untuk menciptakan sektor pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan. Tanpa peningkatan kesejahteraan, akan sulit untuk menarik lebih banyak orang untuk terlibat di sektor ini.
Penulis : Dimas Awaluddin Saputra