Sukoharjo, 12 Januari 2025 – Yayasan Kiblat Abinaya Indonesia sukses menggelar Pelatihan Pembuatan Topeng Wayang Limbah Kertas Batch 1 di Sanggar Belajar Migunani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta penerima manfaat yang terdiri dari pemuda dan remaja disabilitas. Program ini merupakan bagian dari komitmen yayasan dalam memberdayakan masyarakat sekaligus mendukung terciptanya sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan menggandeng Omah Topeng Langdhawur sebagai mitra pelatihan, kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan seni tradisional, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah. Melalui kegiatan ini, peserta diajarkan cara memanfaatkan limbah kertas menjadi produk bernilai seni tinggi, yakni topeng wayang, yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan.
Ketua Yayasan Kiblat Abinaya Indonesia, Fadhel Moubharok, dalam sambutannya menyampaikan, “Program ini dirancang untuk memberikan bekal keterampilan praktis kepada pemuda dan remaja disabilitas agar mereka dapat mandiri secara ekonomi. Kami berharap melalui pelatihan ini, peserta tidak hanya mampu menghasilkan produk seni, tetapi juga memiliki kesadaran lingkungan dan potensi untuk mengembangkan keterampilan mereka ke arah yang lebih produktif.”
Pelatihan dibagi menjadi beberapa sesi yang dimulai dengan pengenalan konsep seni topeng wayang, sejarahnya, dan nilai budaya yang terkandung. Peserta kemudian diberikan pelatihan teknis mulai dari cara memilih bahan baku limbah kertas, teknik pencetakan, hingga pembentukan detail topeng. Instruktur utama, Rus Hardjanto, Ketua Omah Topeng Langdhawur, dengan sabar dan telaten membimbing para peserta selama kegiatan berlangsung.
Salah satu peserta, Ahmad Ridwan, menyampaikan antusiasmenya, “Saya sangat senang bisa ikut pelatihan ini. Ternyata limbah kertas yang sering dianggap sampah bisa diubah menjadi karya seni yang indah dan bernilai. Saya jadi termotivasi untuk belajar lebih banyak lagi.”
Kegiatan ini juga didukung oleh Eko Aji Arabbiyanto, Ketua Sanggar Belajar Migunani, yang memastikan fasilitas pendukung seperti ruang pelatihan, alat, dan sarana prasarana lain tersedia dengan baik. Menurutnya, pelatihan seperti ini penting untuk membuka akses keterampilan bagi komunitas disabilitas dan mendukung mereka menjadi lebih produktif.
Tidak hanya berfokus pada aspek pelatihan teknis, kegiatan ini juga diselingi dengan diskusi interaktif mengenai peluang ekonomi dari kerajinan topeng wayang. Peserta didorong untuk memanfaatkan keterampilan yang mereka peroleh untuk menciptakan produk yang bisa dipasarkan baik secara lokal maupun nasional.
Dalam sesi penutupan, peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil karya mereka. Berbagai bentuk topeng yang unik dan penuh kreativitas menjadi bukti semangat dan potensi besar yang dimiliki oleh para peserta.
Pelatihan ini merupakan bagian dari rangkaian program “Akselerasi Pendidikan Inklusif Bagi Pemuda dan Remaja Disabilitas di Kabupaten Sukoharjo” yang digagas Yayasan Kiblat Abinaya Indonesia. Program ini mencakup lima tahap pelatihan yang berlangsung hingga September 2025 dengan fokus pada pemberian keterampilan praktis dan pendampingan pemasaran hasil karya peserta.
Dengan keberhasilan pelatihan batch pertama ini, diharapkan peserta dapat terus mengembangkan keterampilan mereka dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Yayasan Kiblat Abinaya Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung komunitas disabilitas dalam upaya menciptakan masyarakat inklusif yang berdaya.