Optimalisasi Penerapan Teknologi Pemipil Jagung untuk Meningkatkan Produktivitas Pasca Panen di Desa Mojokembang
Mojokembang, 18 Januari 2025 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler 15 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya telah melaksanakan serangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat di Desa Mojokembang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Kegiatan yang KKN yang berlangsung sejak 12 Januari hingga 23 Januari ini mencakup berbagai program kerja yang telah memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata yang beranggotakan 5 Mahasiswa yaitu diantaranya, Farih Rahmanuddin, Muhammad Luqman Al-Baihaqi, Shindy Angel Clarita, Fahuril Rezinto, Iqbal Maulana Rizki bahwa hibah ini merupakan bagian dari Program Kerja Teknologi Tepat Guna (TTG) yang bertujuan untuk mengoptimalisasi penerapan Teknologi Pemipil Jagung untuk meningkatkan produktivitas pasca panen di Desa Mojokembang.
Dari beberapa penelitian tentang kinerja Mesin Pemipil Jagung, telah disimpulkan bahwa pengembangan dan inovasi Mesin Pemipil Jagung dapat memberikan solusi terbaik bagi petani, dengan kapasitas dan efisiensi kerja yang tinggi, serta terjangkau bagi petani kecil. Diharapkan dengan adanya Alat Pemipil Jagung yang efektif dan efisien akan meningkatkan dan menunjang produktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh petani jagung di Desa Mojokembang dan hasil uji kinerja Alat Mesin Pemipil Jagung, maka Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata mengembangkan dan menyumbangkan Alat Mesin Pemipil Jagung untuk petani jagung di Desa Mojokembang.
Pada saat penyerahan alat itu pula, dilakukan serangkaian sosialisasi dan diskusi kepada para petani jagung Desa Mojokembang. Tak hanya itu, tim KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya juga melakukan demo dan uji coba pengoperasian alat di depan petani jagung. “Kami melihat antusiasme warga sangat baik, bahkan kami diminta menggagas alat lain seperti Alat Penangkap Hama Serangga Tenaga Surya untuk meningkatkan produktivitas pertanian mereka,” akunya.
Kegiatan yang terdiri dari 5 mahasiswa dan 2 petani ini diketahui mengalami banyak kendala, seperti sulitnya koordinasi antara teknis dan lapangan. Meski begitu, harus bersyukur sebab kegiatan ini akhirnya dapat berjalan dengan lancar