Lokakarya Dolanan Tradisional Pemuda Perdamaian Solo Raya, Warisan Budaya Jadi Jembatan Perdamaian Lintas Komunitas
Surakarta, 9 November 2024 – Lokakarya Dolanan Tradisional Pemuda Perdamaian Solo Raya sukses digelar pada Sabtu (9/11) di Ndalem Djoyokusuman, Kota Surakarta. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Lintas Kultural ini mendapat antusiasme besar dari masyarakat, khususnya para pemuda yang datang dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Acara ini bukan sekadar ajang bermain, melainkan juga wadah untuk menumbuhkan nilai-nilai perdamaian dan kebersamaan melalui pelestarian dolanan atau permainan tradisional.
Dalam sambutannya, Ketua Lembaga Kajian Lintas Kultural, Sofwan Faizal Sifyan, mengungkapkan pentingnya melestarikan permainan tradisional sebagai salah satu cara menjaga identitas budaya lokal dan memupuk persatuan. “Permainan tradisional bukan hanya sarana rekreasi, tetapi juga medium yang kaya akan nilai-nilai sosial dan budaya. Melalui permainan ini, kita dapat belajar tentang gotong royong, toleransi, dan kedamaian,” ujar Sofwan. Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan lokakarya ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan perdamaian melalui interaksi budaya di kalangan pemuda.
Selain lokakarya dan diskusi, acara ini semakin meriah dengan berbagai penampilan seni yang menampilkan kekayaan budaya Nusantara. Salah satu yang menarik perhatian adalah sendratari dan drama kolosal dolanan tradisional yang dipentaskan oleh alumni kegiatan Lembaga Kajian Lintas Kultural (LKLK) sebelumnya, bekerja sama dengan Sanggar Seni Meta Budaya. Penampilan ini menggambarkan keindahan keragaman budaya serta makna filosofis dari permainan tradisional yang sarat dengan pesan moral dan nilai sosial.
Drama kolosal tersebut menggambarkan perjalanan sebuah komunitas yang mengandalkan kekompakan dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, mirip dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam dolanan tradisional seperti gobak sodor dan congklak. Pementasan ini tidak hanya menarik dari sisi hiburan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Acara puncak lokakarya ini menghadirkan sebuah penampilan musikalisasi puisi, drama, serta wayang topeng limbah kertas yang dibawakan oleh seniman lokal, Ki Jantit Sanakala. Wayang topeng yang terbuat dari limbah kertas ini berhasil menyita perhatian para penonton dengan visualisasi yang unik dan memikat. Pertunjukan tersebut tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga membawa pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan bahan daur ulang untuk menciptakan karya seni yang bernilai tinggi. Melalui wayang topeng tersebut, Ki Jantit menyampaikan cerita tentang kebersamaan dan keindahan dalam perbedaan, mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai kebersamaan yang dapat kita pelajari dari permainan tradisional.
Seluruh rangkaian acara dalam Lokakarya Dolanan Tradisional Pemuda Perdamaian Solo Raya ini berhasil memberikan pengalaman yang mendalam bagi para peserta. Mereka tidak hanya belajar dan berdiskusi tentang nilai-nilai kebudayaan dan perdamaian, tetapi juga diajak untuk terlibat langsung dalam berbagai kegiatan seni yang menggugah semangat cinta budaya dan kepedulian sosial.
Antusiasme dari para peserta dan pengunjung menunjukkan bahwa inisiatif semacam ini sangat dinantikan dan relevan bagi generasi muda. Dengan memperkenalkan kembali dolanan tradisional dalam bentuk yang kreatif dan interaktif, Lembaga Kajian Lintas Kultural berharap para pemuda dapat terinspirasi untuk terus melestarikan warisan budaya sekaligus menjadi agen perubahan yang membawa pesan perdamaian di tengah masyarakat.
Acara ini diakhiri dengan refleksi bersama, di mana peserta berbagi pengalaman dan pemahaman baru yang mereka peroleh. Banyak yang mengaku bahwa pengalaman ini membuka pandangan mereka tentang pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari identitas dan alat untuk mempererat hubungan lintas komunitas.
Lokakarya ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan serupa di masa depan, yang menjadikan seni dan budaya sebagai alat untuk membangun perdamaian di Solo Raya dan sekitarnya.