Langkat, Sumatera Utara – Hutan mangrove yang membentang di pesisir Kabupaten Langkat, salah satu wilayah dengan ekosistem mangrove terluas di Indonesia, kini menghadapi ancaman serius akibat kerusakan yang terus meningkat. Perubahan fungsi lahan, penebangan liar, dan aktivitas tambak ilegal menjadi faktor utama yang menyebabkan degradasi hutan mangrove di wilayah ini.
Menurut data dari Dinas Kehutanan Sumatera Utara, lebih dari 30% hutan mangrove di Langkat mengalami kerusakan parah dalam satu dekade terakhir. Sebagian besar lahan mangrove telah beralih fungsi menjadi tambak udang dan sawah. Kondisi ini diperparah oleh minimnya penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal di kawasan konservasi.
Kerusakan hutan mangrove ini berdampak langsung pada ekosistem pesisir. Mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan pelindung alami dari gelombang laut kini tidak mampu menjalankan perannya. Akibatnya, beberapa desa pesisir di Langkat mulai mengalami abrasi yang mengancam tempat tinggal warga. Selain itu, populasi ikan dan kepiting yang bergantung pada mangrove sebagai habitatnya juga mengalami penurunan drastis.
“Mangrove adalah benteng terakhir kita dari perubahan iklim dan bencana alam. Kalau ini terus dibiarkan, bukan hanya lingkungan yang rusak, tapi juga kehidupan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada hasil laut akan terancam,” ujar Indra Syahputra, aktivis lingkungan dari Langkat Green Foundation.
Di sisi lain, upaya rehabilitasi mangrove sebenarnya telah dilakukan, seperti program penanaman ulang yang melibatkan masyarakat setempat. Namun, program ini menghadapi tantangan besar, mulai dari kurangnya anggaran hingga kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga non-pemerintah. Penegakan hukum terhadap pelaku perusakan harus lebih tegas, diiringi dengan edukasi dan pemberdayaan masyarakat pesisir agar mereka dapat terlibat aktif dalam menjaga hutan mangrove.
Langkat harus segera berbenah. Jika tidak, kerusakan yang terus terjadi akan membawa dampak yang lebih besar, baik bagi ekosistem maupun keberlanjutan hidup generasi mendatang.