• Hubungi Redaksi
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Banner Publikasi Press Release Gratis
  • Berita Utama
  • Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Metropolitan
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Ibu Kota Negara
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Selebritis
    • Sorot
    • Viral
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Metropolitan
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Ibu Kota Negara
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Selebritis
    • Sorot
    • Viral
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Lebih Nyaman Curhat ke Teman? Tanda Keluarga Gagal Jadi Ruang Aman Remaja

Rafiqah Meidina Syakira by Rafiqah Meidina Syakira
23 April 2025
in Opini
A A
1
Krisis Komunikasi
878
SHARES
1.3k
VIEWS

Pernahkah kamu bertanya, kenapa anak-anak zaman sekarang lebih nyaman cerita ke teman daripada ke orang tua mereka? Di era serba digital seperti sekarang, pemandangan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu menatap layar ponsel daripada berbincang dengan keluarga menjadi pemandangan sehari-hari. Lebih memprihatinkan lagi, ketika menghadapi masalah, sosok yang pertama kali dihubungi bukanlah ayah atau ibu, melainkan teman sebaya atau bahkan “curhat” melalui media sosial. Fenomena ini bukan sekadar pergeseran perilaku biasa, melainkan mencerminkan adanya krisis komunikasi dalam institusi keluarga yang seharusnya menjadi benteng pertama dan utama bagi perkembangan sosial-emosional remaja.

 

Keluarga: Fungsi Ideal vs Realitas

Baca Juga

Pancasila

Pentingnya Membangun Karakter di Era Pancasila dalam Arus Sejarah

8 May 2025
E8FBF0F6 EC28 4A58 9E37 9DA0424C6172

Nilai-Nilai Pancasila di Era Digital

8 May 2025
Pancasila

Pancasila sebagai Landasan Etika Komunikasi di Era Digital

7 May 2025
images 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa

6 May 2025

Keluarga, secara ideal, merupakan unit sosial pertama yang memperkenalkan nilai, norma, kasih sayang, dan rasa aman kepada individu. Menurut Friedman (2010) dalam bukunya “Family Nursing: Research, Theory, and Practice“, keluarga memiliki lima fungsi dasar: afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan perawatan kesehatan. Fungsi afektif—yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikologis—seharusnya menjadikan keluarga sebagai tempat paling nyaman untuk berbagi dan mencurahkan perasaan.

Namun realitasnya, penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam “Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia” (2022) menunjukkan bahwa hanya 43% remaja Indonesia yang merasa nyaman mendiskusikan masalah pribadi dengan orang tua mereka. Sisanya lebih memilih teman sebaya (37%), media sosial (12%), atau memendam sendiri (8%). Data ini menunjukkan adanya kesenjangan antara fungsi ideal keluarga dengan kenyataan yang dihadapi.

Banner Publikasi Press Release Gratis

 

Akar Masalah: Mengapa Remaja “Menghindar”?

Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh Santrock (2019) dalam “Life-Span Development”, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja enggan berkomunikasi dengan orang tua:

• Takut dihakimi: 68% remaja merasa orang tua cenderung menghakimi daripada memahami. “Kalau cerita malah dimarahi” atau “ujung-ujungnya disalahkan” menjadi keluhan yang sering terdengar.

• Kesenjangan generasi: Perbedaan cara pandang antara generasi digital native dan generasi sebelumnya menciptakan jurang pemahaman. Orang tua sering tidak memahami konteks permasalahan yang dihadapi remaja di era digital.

• Sibuk vs Sibuk: Kesibukan orang tua dengan pekerjaan dan kesibukan remaja dengan aktivitas serta dunia digitalnya menciptakan minimnya waktu berkualitas. Penelitian Badan Pusat Statistik (2023) menunjukkan penurunan waktu interaksi keluarga dari rata-rata 3,2 jam per hari pada 2010 menjadi hanya 1,7 jam pada 2023.

• Pola komunikasi otoritatif: Komunikasi satu arah dan direktif masih mendominasi pola pengasuhan di Indonesia. Menurut penelitian Lestari (2020) dalam “Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga”, 57% keluarga Indonesia masih menerapkan pola komunikasi yang cenderung mendikte daripada dialogis.

• Kurangnya keterampilan mendengar aktif: Banyak orang tua yang belum memiliki keterampilan mendengar aktif—kemampuan untuk benar-benar mendengarkan tanpa langsung memberikan solusi atau penilaian.

 

Dampak Krisis Komunikasi Keluarga

Krisis komunikasi dalam keluarga bukanlah masalah sepele. Kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (2021) menunjukkan korelasi yang signifikan antara buruknya komunikasi keluarga dengan berbagai masalah kesehatan mental pada remaja:

• 42% remaja dengan komunikasi keluarga yang buruk menunjukkan gejala depresi, dibandingkan hanya 17% pada remaja dengan komunikasi keluarga yang baik.

• Risiko perilaku berisiko (seperti penggunaan NAPZA dan perilaku seksual berisiko) 2,3 kali lebih tinggi pada remaja dengan komunikasi keluarga yang buruk.

• Kecenderungan isolasi sosial dan kecanduan internet lebih tinggi pada keluarga dengan pola komunikasi tertutup.

Dari perspektif kesejahteraan sosial, fenomena ini berpotensi menciptakan masalah sosial yang lebih luas. Ketika keluarga gagal menjadi sistem pendukung utama, remaja mencari validasi dan dukungan dari sumber lain yang tidak selalu memberikan arahan yang tepat atau bahkan destruktif.

 

Membangun Komunikasi yang Sehat: Perspektif Kesejahteraan Sosial

Sebagai mahasiswa kesejahteraan sosial, kami melihat pentingnya pendekatan sistemik dalam mengatasi krisis komunikasi keluarga. Beberapa strategi yang dapat diterapkan:

• Pendidikan Keterampilan Pengasuhan: Program seperti Parenting School yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial RI berhasil meningkatkan keterampilan komunikasi orang tua hingga 47% berdasarkan evaluasi program tahun 2022.

• Pendekatan Family-Centered Practice: Model intervensi yang menempatkan seluruh anggota keluarga sebagai pusat perubahan, bukan hanya berfokus pada remaja sebagai “masalah”. Dr. Irwanto, pakar kesejahteraan anak dari Universitas Indonesia, menekankan bahwa “intervensi terhadap remaja tanpa melibatkan sistem keluarga hanya akan memberikan solusi sementara” (Irwanto, 2019).

• Menciptakan Safe Space: Keluarga perlu menciptakan ruang aman baik secara fisik maupun psikologis, di mana setiap anggota keluarga dapat mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi. Program PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang dikembangkan oleh KPPPA menunjukkan efektivitas pendekatan ini dalam meningkatkan kualitas komunikasi keluarga.

• Waktu Berkualitas tanpa Gadget: Mengalokasikan waktu khusus tanpa gangguan gadget untuk interaksi keluarga. “Komunikasi yang bermakna membutuhkan kehadiran penuh, baik secara fisik maupun mental,” kata Prof. Sarlito Wirawan Sarwono dalam penelitiannya tentang dinamika keluarga Indonesia (2018).

• Pelatihan Mendengar Aktif: Keterampilan mendengar aktif—mendengarkan dengan empati, tanpa interupsi dan penilaian—perlu dikembangkan oleh setiap anggota keluarga. Hasil penelitian dari Lembaga Demografi UI (2022) menunjukkan bahwa keluarga yang menerapkan teknik mendengar aktif memiliki tingkat konflik 37% lebih rendah.

 

Penutup: Mengembalikan Fungsi Keluarga di Era Digital

Krisis komunikasi dalam keluarga bukanlah takdir yang tidak bisa diubah. Dengan pendekatan yang tepat dan kesadaran semua pihak, keluarga dapat kembali menjadi tempat pertama dan utama bagi remaja untuk mencurahkan hati dan mencari solusi.

Sebagai calon pekerja sosial, kami melihat urgensi untuk mengembangkan program-program intervensi berbasis keluarga yang tidak hanya berfokus pada remaja sebagai “pihak yang bermasalah”, tetapi melihat dinamika keluarga secara keseluruhan. Pendekatan dari hulu—memperkuat ketahanan dan komunikasi keluarga—akan jauh lebih efektif daripada menangani dampak hilir seperti kenakalan remaja atau masalah kesehatan mental.

Artikel ini bukan dimaksudkan untuk menyalahkan pihak mana pun, melainkan sebagai refleksi dan ajakan untuk bersama-sama membangun kembali komunikasi yang lebih sehat dalam keluarga. Karena ketika keluarga gagal menjadi tempat pulang yang nyaman, berbagai masalah sosial akan bermunculan sebagai konsekuensinya.

Sebagaimana ungkapan bijak dari Prof. Paulus Wirutomo, sosiolog senior dari UI: “Ketahanan sosial sebuah bangsa dimulai dari ketahanan keluarga, dan ketahanan keluarga dimulai dari komunikasi yang jujur dan penuh kasih sayang.” Mari kita kembalikan fungsi keluarga sebagai pelabuhan yang aman bagi setiap anggotanya, terutama remaja yang sedang mencari jati diri. Keluarga bukan sekadar tempat pulang, tapi juga ruang tumbuh. Dengan komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian, remaja dapat merasa aman menjadi diri mereka sendiri.

 

Referensi:

• Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. (2010). Family Nursing: Research, Theory, and Practice. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

• Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2022). Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia. Jakarta: KPPPA.

• Santrock, J.W. (2019). Life-Span Development (17th ed.). New York: McGraw-Hill Education.

• Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BPS.

• Lestari, S. (2020). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

• Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. (2021). Laporan Penelitian: Komunikasi Keluarga dan Kesehatan Mental Remaja di Indonesia. Depok: UI Press

• Irwanto. (2019). Intervensi Berbasis Keluarga untuk Kesejahteraan Anak dan Remaja. Jurnal Kesejahteraan Sosial Indonesia, 8(2), 112-128.

• Sarwono, S.W. (2018). Psikologi Remaja: Tantangan di Era Digital. Jakarta: Rajawali Press.

• Lembaga Demografi Universitas Indonesia. (2022). Perubahan Dinamika Keluarga Indonesia Pasca Pandemi COVID-19. Depok: UI Press.

• Wirutomo, P. (2021). Ketahanan Sosial dan Peran Keluarga dalam Pembangunan. Jurnal Sosiologi Indonesia, 11(1), 23-40.

Artikel ini adalah publikasi tugas mata kuliah Sosiologi Keluarga untuk Kesejahteraan Sosial dengan dosen pengampu Dr. Hairani Siregar S.Sos., M.SP. dan Dra. Berlianti, M.SP.

 

Artikel ini juga pernah dimuat dengan judul berbeda di situs Kumparan.

Tags: Krisis Komunikasi
Share351Tweet220Share61Pin79SendShare
Banner Publikasi Press Release Gratis
Previous Post

Mahasiswa PBI UNU Purwokerto Terjun Langsung ke Dunia Pendidikan di MTs Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng

Next Post

Susilo Bagikan Kisah Inspiratif ke Siswa PKL MAN 2 Bantul, Lulusan Tekstil Jadi Pemilik Bengkel Sukses

Rafiqah Meidina Syakira

Rafiqah Meidina Syakira

Related Posts

Pancasila

Pentingnya Membangun Karakter di Era Pancasila dalam Arus Sejarah

8 May 2025
E8FBF0F6 EC28 4A58 9E37 9DA0424C6172

Nilai-Nilai Pancasila di Era Digital

8 May 2025
Pancasila

Pancasila sebagai Landasan Etika Komunikasi di Era Digital

7 May 2025
images 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa

6 May 2025
Next Post
WhatsApp Image 2025 04 23 at 11.35.07

Susilo Bagikan Kisah Inspiratif ke Siswa PKL MAN 2 Bantul, Lulusan Tekstil Jadi Pemilik Bengkel Sukses

WhatsApp Image 2025 04 23 at 11.33.48

Siswa MAN 2 Bantul Program APHP/Tata Boga PKL di Srawung Resto Kalasan

WhatsApp Image 2025 04 22 at 19.00.23

Siswa APHP MAN 2 Bantul Perkuat Keterampilan Kuliner dengan PKL di Warung Inem Jogja

WhatsApp Image 2025 04 22 at 20.42.00

Keseruan Peringatan Hari Kartini, Gelaran Lomba Geguritan di MAN 2 Bantul

WhatsApp Image 2025 04 22 at 20.59.47

Praktik Kerja Lapangan, Siswa Program Tata Busana MAN 2 Bantul Mulai PKL di LPK Arimbi

Please login to join discussion

Sponsored Post

Quinn Depok Ethnic Fashion Festival 2023

Anissa Quinn Puteri Batik Cilik Indonesia 2022 Hadir Dalam Depok Ethnic Fashion Festival (DEFF) 2023

by Redaksi
12 December 2023
6

...

Ry Hyori Dermawan Rilis Single Berjudul 'Indonesia Yang Ku Cinta'

Ry Hyori Dermawan Rilis Single Berjudul ‘Indonesia Yang Ku Cinta’

by Hy
13 September 2024
2

...

Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran Berita menghadirkan berbagai informasi terbaru dan terpercaya.

Follow Us

Rumah Prabu Half Page
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan Penggunaan Website
  • Disclaimer

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Metropolitan
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Ibu Kota Negara
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Selebritis
    • Sorot
    • Viral
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita