Pahlawan Indonesia dikenang melalui berbagai cara, mulai dari monumen hingga perayaaan Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November. Namun, satu bentuk penghormatan yang paling dekat dengan keseharian kita adalah hadirnya wajah-wajah pahlawan di kertas uang rupiah.
Setiap pecahan uang kertas bukan hanya sekadar alat tukar, tetapi juga sebuah pengingat tentang jasa para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan kejayaan bangsa.
Sebagai bangsa yang melek financial apalagi sampai menyewa investment advisor, kita perlu tahu tentang ini.
Artikel ini mengulas delapan pahlawan yang diabadikan di uang kertas Indonesia, mulai dari pahlawan yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan hingga mereka yang memperjuangkan pendidikan dan hak-hak rakyat.
-
Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (Pecahan Rp 100.000)
Soekarno dan Mohammad Hatta adalah dua tokoh proklamator yang menjadi lambang perjuangan bangsa Indonesia. Soekarno dikenal sebagai pemimpin karismatik yang berorasi dengan semangat tinggi dan menggerakkan rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan.
Di sisi lain, Hatta yang merupakan tokoh cendekiawan, juga berjuang melalui pemikiran dan diplomasi. Bersama-sama, mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sosok keduanya di pecahan Rp 100.000 tidak hanya sebagai simbol kemerdekaan, tetapi juga pengingat betapa besarnya perjuangan keduanya untuk mempertahankan kedaulatan bangsa.
-
Tuanku Imam Bonjol (Pecahan Rp 5.000)
Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin Perang Padri yang berlangsung di Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda yang ingin menguasai daerah Minangkabau.
Sosok Tuanku Imam Bonjol yang religius dan tegas dalam mempertahankan nilai-nilai inilah yang menjadikannya salah satu pahlawan penting yang diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp 5.000 yang dengan demikian, masyarakat terus mengingat perjuangan beliau dalam menjaga integritas bangsa dan agama.
-
Cut Nyak Dhien (Pecahan Rp 10.000 versi lama)
Cut Nyak Dhien adalah pahlawan perempuan yang berani melawan penjajahan Belanda di Aceh. Setelah suaminya, Teuku Umar, gugur dalam perang, Cut Nyak Dhien melanjutkan perjuangan dengan penuh semangat.
Meski usia semakin bertambah dan kesehatannya menurun, ia tetap berjuang dengan tekad yang kuat. Cut Nyak Dhien menunjukkan ketangguhan seorang perempuan dalam situasi yang penuh dengan ancaman dan tantangan.
Perjuangan Cut Nyak Dhien menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk tidak menyerah pada kesulitan. Sebagai simbol kekuatan dan keberanian perempuan Indonesia, wajahnya diabadikan pada uang kertas pecahan Rp 10.000.
-
Kapitan Pattimura (Pecahan Rp 1.000)
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy, adalah pahlawan dari Maluku yang memimpin perlawanan melawan Belanda pada tahun 1817. Ketika Belanda berupaya menguasai Maluku, Pattimura berdiri di garda depan sebagai pemimpin rakyat.
Keberaniannya dan kemampuan taktik perangnya menjadikan Pattimura sebagai simbol semangat melawan penindasan. Wajahnya di uang kertas pecahan Rp1.000 menjadi pengingat tentang keberanian seorang pemimpin yang berjuang untuk mempertahankan tanah airnya.
-
R.A Kartini (Pecahan Rp 10.000 versi lama)
R.A. Kartini adalah pahlawan yang terkenal karena memperjuangkan hak perempuan dan akses pendidikan yang lebih merata. Ide-idenya tertuang dalam surat-surat yang kini terkenal, memperjuangkan hak perempuan untuk belajar dan berpendapat.
Pada masanya, meja sekolah masih jarang ditemui di kalangan perempuan, karena pendidikan lebih banyak difokuskan pada kaum laki-laki. Kartini, dengan pemikirannya yang visioner, menganggap pendidikan adalah kunci perubahan bagi perempuan Indonesia.
-
Tjut Meutia (Pecahan Rp 1.000 versi lama)
Tjut Meutia adalah seorang pahlawan perempuan dari Aceh yang memperjuangkan kemerdekaan bersama suaminya. Setelah suaminya gugur, ia melanjutkan perjuangan dengan membawa pasukan dan berperang di hutan.
Perjuangannya yang konsisten hingga akhir hayat menjadikan Tjut Meutia sebagai pahlawan yang layak dikenang. Di uang kertas Rp 1.000 versi lama, wajahnya menjadi simbol kekuatan perempuan yang tidak pernah menyerah untuk keadilan dan kebebasan.
-
Sultan Mahmud Badaruddin II (Pecahan Rp 10.000 versi lama)
Sultan Mahmud Badaruddin II adalah penguasa Palembang yang terkenal menolak penindasan Belanda di wilayahnya. Ia memimpin perlawanan rakyat Palembang dan menolak tunduk pada penjajahan.
Wajahnya yang terpampang di uang kertas Rp 10.000 versi lama merupakan penghargaan atas jasa-jasanya sebagai pemimpin yang melindungi rakyat dan wilayahnya dari kolonialisme. Beliau menjadi simbol ketegasan seorang pemimpin yang menolak tunduk pada ketidakadilan.
-
Frans Kaisiepo (Pecahan Rp 10.000)
Frans Kaisiepo adalah pahlawan nasional dari Papua yang dikenal karena dedikasinya dalam memperjuangkan integrasi Papua ke dalam wilayah Indonesia. Sebagai tokoh lokal, ia berperan aktif dalam Konferensi Malino pada tahun 1946, di mana ia secara tegas menyatakan dukungannya untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Frans Kaisiepo tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan melalui diplomasi, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi muda Papua untuk mencintai tanah airnya. Sosoknya di uang kertas pecahan Rp10.000 mencerminkan peran besar Papua dalam mempertahankan keutuhan Indonesia.
—
Mengabadikan wajah para pahlawan di uang kertas adalah bentuk penghormatan dari bangsa Indonesia kepada mereka yang telah berjuang dengan gigih. Setiap lembar uang kertas yang kita gunakan mengandung sejarah dan cerita heroik yang dapat menginspirasi kita untuk terus mengedepankan nilai-nilai perjuangan.
Pahlawan-pahlawan ini bukan sekadar wajah di atas kertas, tetapi juga simbol dari nilai keberanian, kebijaksanaan, dan kebaikan yang patut dipegang teguh oleh generasi muda.