Surabaya – Alfinaskhi Fahmi Fawaidz, seorang inovator muda lulusan Teknik Biomedis Universitas Airlangga, telah menciptakan sebuah inovasi revolusioner: inkubator bayi berbasis Internet of Things (IoT) yang hemat biaya. Berawal dari keprihatinannya terhadap akses kesehatan di daerah terpencil, Alfinaskhi menciptakan alat ini dengan harapan mampu menyelamatkan ribuan nyawa bayi prematur di Indonesia.
Inspirasi di Balik Inovasi
Setiap tahun, lebih dari 78 ribu bayi di Indonesia meninggal akibat kelahiran prematur. Data ini menjadi perhatian besar bagi Alfinaskhi ketika ia mengetahui adanya kasus bayi prematur di Tasikmalaya yang meninggal karena kurangnya peralatan medis. Ia menyadari bahwa inkubator modern memiliki harga yang sangat mahal, sementara inkubator murah sering kali tidak mampu menjaga stabilitas suhu yang vital.
“Saya merasa bnyak hal yang harus dilakukan. Kesenjangan ini adalah masalah besar yang membutuhkan solusi inovatif.”
Dengan tekad untuk menciptakan alat yang lebih terjangkau namun tetap efektif, Alfinaskhi mulai merancang inkubator bayi yang tidak hanya hemat biaya, tetapi juga mengintegrasikan teknologi canggih untuk memberikan manfaat optimal.
Teknologi di Balik Inovasi
Inkubator bayi rancangan Alfinaskhi dilengkapi dengan teknologi PID (Proportional-Integral-Derivative) berbasis metode Internal Model Control (IMC). Teknologi ini memastikan suhu di dalam inkubator tetap stabil dengan rise time hanya 619 detik dan overshoot yang mendekati nol. Selain itu, ia menambahkan humidifier untuk menjaga kelembaban udara, sehingga mengurangi risiko infeksi kulit dan masalah pernapasan pada bayi prematur.
Desain 3D Inkubator Bayi Ciptaan Alfin yang dilihat dari tampak samping
Yang membuat alat ini semakin istimewa adalah penyematan teknologi IoT. Dengan menggunakan platform Blynk, tenaga medis dapat memantau suhu dan kelembaban secara real-time melalui smartphone mereka. Fitur ini memberikan efisiensi besar, terutama di fasilitas kesehatan dengan sumber daya yang terbatas.
Hasil Pengujian yang Menjanjikan
Selama satu tahun penelitian, inkubator bayi IoT ini menunjukkan performa luar biasa. Sistem ini memiliki waktu stabilisasi suhu (settling time) hanya 1,390 detik, bahkan tetap andal ketika diuji dengan gangguan seperti membuka tutup inkubator.
“Dengan alat temuan saya ini, saya yakin banyak nyawa bayi prematur dapat diselamatkan, terutama di daerah-daerah yang minim fasilitas kesehatan.”
Biaya produksinya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan inkubator konvensional membuka peluang besar bagi rumah sakit kecil dan puskesmas untuk mengakses teknologi ini.

Perjalanan Sang Inovator
Selama masa studinya di Universitas Airlangga, Alfinaskhi aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi yang memperkaya pengalamannya. Pada 2022, ia terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam konferensi internasional The 5th Chancellor Tuanku Muhriz Lecture di Universiti Kebangsaan Malaysia. Alfinaskhi bahkan mengibarkan bendera Merah Putih di Menara Petronas sebagai bentuk kebanggaan terhadap tanah air.
Foto Alfin sebagai delegasi dari Indonesia dalam Konferensi Internasional di Universiti Kebangsaan Malaysia bersama Presiden ke-6 RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Ia juga menerima Beasiswa Inovator Muda Nusantara (IMN) dari Yayasan Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya dalam menciptakan inovasi teknologi kesehatan. Tidak hanya itu, ia juga sukses mendapatkan pendanaan dari Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) untuk proyek pengairan berbasis panel surya, yang menjadi solusi bagi masyarakat di Desa Ko\’ol, Kab. Bangkalan.
Visi untuk Masa Depan
Bagi Alfinaskhi, inkubator bayi IoT ini bukan sekadar karya teknologi, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosialnya untuk membantu menyelamatkan nyawa bayi prematur di Indonesia. Ia berharap inovasi ini dapat segera diproduksi massal dan diterapkan di seluruh fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil.
Saya percaya bahwa inovasi ini adalah langkah kecil untuk menuju perubahan besar. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.”
