Gaungkan Spirit Digital! Sumpah Pemuda 2024 di Bekasi Menggelegar dengan Semangat Kolaborasi
Kota Bekasi – Sumpah Pemuda tak hanya kenangan sejarah, tetapi menjadi bara yang tak padam, memancar lebih terang di tengah arus digital! Pada Senin (28/10/2024), BEM STIT Al Marhalah Al Ulya Bekasi membakar semangat pemuda dengan menggelar Diskusi Publik bertajuk Relevansi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda di Era Digitalisasi.
Narasumber utama Dr. Abdul Khoir, M.Pd., Wakil Rektor II Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi, serta Irdia Bushori, aktivis pendidikan dan kepemudaan yang dikenal lantang menyuarakan semangat perubahan.
Di bawah langit Bekasi yang cerah, lapangan Ma\’had Annida Al Islamy penuh dengan deru suara mahasiswa dari berbagai kampus dan komunitas. BEM STIT Al Marhalah Al Ulya, didukung penuh oleh LPM Pers Marhalah, UKM Seni Cilpa Aksa, UKM Marpala Gamabi, HMI, dan PMII, menyatukan suara-suara berbeda dalam satu harmoni: kebangkitan pemuda era digital yang siap menciptakan perubahan.
Panggung Seni, Kreasi Budaya: Jiwa yang Berteriak lewat Tarian dan Sajak!
Lantunan puisi, hentakan tarian adat, serta tepukan tangan menggema mengiringi penampilan UKM Seni Cilpa Aksa dan komunitas Botjah Angon Bekasi Raya. Pesan-pesan perjuangan yang abadi disampaikan dalam bahasa seni yang tak mengenal batas. Setiap bait sajak, setiap gerakan tarian, adalah desiran suara para pendahulu yang berbisik, Bangkitlah, pemuda!
Penampilan dari UKM Seni Universitas Bhayangkara Jakarta Raya menambah kehangatan di tengah hiruk-pikuk diskusi. “Ini bukan sekadar acara,” kata seorang peserta, “Ini adalah perjalanan spiritual, meresapi semangat yang diwariskan, dan menyaksikan kebangkitan baru!”

Irdia Bushori: Pemuda adalah Garis Depan!
Aktivis Pendidikan dan Kepemudaan Kota Bekasi, Irdia Bushori, menjadi tokoh utama yang membakar semangat peserta dengan kata-kata penuh makna dan tantangan. “Digitalisasi bukan hanya era, melainkan takdir sejarah yang menuntut pemuda untuk bertransformasi!” serunya. Di hadapan peserta, ia menyampaikan bahwa pemuda masa kini memiliki tanggung jawab lebih besar. Jika dulu, perjuangan adalah tentang meraih kemerdekaan, kini perjuangan adalah tentang memanfaatkan arus informasi dan teknologi yang tak terbendung.
Manfaatkan teknologi bukan untuk tenggelam di dalamnya, tapi untuk menjelajahi batas diri, tegasnya, mengajak para mahasiswa untuk memetik hikmah dari kemudahan akses yang ada, mengarahkan arus informasi menjadi kekuatan yang menyatukan, mengangkat nilai bangsa di mata dunia.
Suara Soekarno Bergaung Lagi: Sepuluh Pemuda yang Mengguncang Dunia!
Seakan roh Soekarno kembali bergaung, Irdia mengutip sang Proklamator, Berikan saya 1.000 orang tua, maka akan saya cabut Gunung Semeru dari akarnya, tapi berikan saya 10 pemuda, maka akan saya guncang dunia! Suara peserta membahana, penuh takzim pada kalimat legendaris itu. Irdia menjelaskan bahwa sepuluh pemuda ini adalah pemuda yang tak gentar menghadapi dunia, yang menghargai akar leluhur namun menjelma sebagai pionir perubahan di era digital.
“Sepuluh pemuda itu adalah kalian,” seru Irdia. “Pemuda yang paham akan jati dirinya, yang berdiri gagah di atas nilai-nilai luhur bangsa, dan yang membawa Indonesia menuju masa depan.”
Sumpah Pemuda: Riuh Inspirasi yang Tak Akan Padam!
Antusiasme mahasiswa menggema di lapangan itu—semangat membara, visi menyala. Sumpah Pemuda tak lagi hanya sekadar seremonial, tetapi menjadi momen refleksi mendalam, momen membakar bara dalam diri setiap pemuda. Acara ini menjadi saksi betapa generasi penerus bangsa tak hanya mengingat sejarah, tetapi siap menciptakan sejarah baru. Mereka bukan hanya pewaris, tetapi juga pencipta dan penggerak di era digital.
Bukan sekadar acara. Ini adalah revolusi baru. Sumpah Pemuda adalah jiwa, adalah semangat yang terus melaju tanpa akhir.