FGD Pemuda Berbudaya Cinta Damai di Kota Surakarta Sebuah Upaya Menebar Salam Perdamaian Melalui Dolanan Tradisional
Surakarta, 7 September 2024 — Lembaga Kajian Lintas Kultural (LKLK) kembali menyelenggarakan acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Pemuda Berbudaya Cinta Damai,” sebagai bagian dari rangkaian program Festival Dolanan Tradisional Dalam Rangka Menebar Salam Perdamaian Bagi Remaja dan Pemuda di Wilayah Rentan Radikalisme. Acara ini mendapat dukungan penuh dari Indika Foundation dan dilaksanakan di Ballroom Meeting Hotel Sarila, Kota Surakarta.
Kegiatan ini dihadiri oleh 50 pemuda dari berbagai latar belakang, termasuk agama, organisasi kepemudaan, pelajar dan mahasiswa, serta putra-putri mantan narapidana terorisme. Para peserta berkumpul dengan semangat yang sama yakni memupuk budaya cinta damai melalui dialog terbuka dan diskusi konstruktif.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC yang dilanjutkan dengan sambutan dari Tri Rohmadi, Dewan Pengawas LKLK, yang hadir mewakili Ketua LKLK, Sofwan Faizal Sifyan. Dalam sambutannya, Tri Rohmadi menekankan pentingnya peran pemuda dalam menjaga perdamaian dan kerukunan di tengah masyarakat yang beragam. “Pemuda memiliki peran strategis dalam membangun jembatan perdamaian di masyarakat. Melalui budaya dan tradisi, kita dapat menanamkan nilai-nilai toleransi dan cinta damai yang kuat,” ungkapnya.
Materi utama dalam FGD ini disampaikan oleh Drs. YB Rus Hardjanto, seorang seniman dan budayawan terkemuka di Kota Surakarta. Dalam paparannya, Rus Hardjanto menggarisbawahi pentingnya melestarikan dolanan tradisional sebagai sarana membangun kebersamaan dan perdamaian di kalangan remaja dan pemuda. “Dolanan tradisional bukan sekadar permainan, ia adalah warisan budaya yang kaya dengan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan toleransi. Dengan memainkannya, kita dapat menumbuhkan rasa saling menghargai di antara generasi muda,” jelasnya.
Diskusi yang dipandu oleh Luthfi Ahmad Awaluddin, Koordinator Ikatan Pemuda Nusantara Korwil Jateng DIY, berjalan dengan sangat dinamis. Para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi dengan tema-tema yang berbeda, namun tetap berfokus pada cara-cara untuk menebarkan nilai-nilai perdamaian melalui budaya dan tradisi.
Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan peserta lain. Dari berbagai hasil diskusi, disimpulkan bahwa dolanan tradisional dapat menjadi salah satu media efektif dalam mempromosikan perdamaian, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap radikalisme. Peserta juga sepakat bahwa perlu ada upaya bersama dari berbagai pihak untuk terus mendorong keterlibatan pemuda dalam kegiatan-kegiatan yang bernuansa positif dan membangun.
Acara ini diakhiri dengan pembacaan kesimpulan dari hasil diskusi oleh Luthfi Ahmad Awaluddin, diikuti dengan penutupan resmi oleh panitia. Para peserta pulang dengan membawa wawasan dan semangat baru untuk terus berperan aktif dalam menebar perdamaian di lingkungan mereka masing-masing. Dengan terselenggaranya FGD ini, diharapkan pesan-pesan perdamaian dapat terus disebarluaskan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh para pemuda yang merupakan pilar masa depan bangsa.