Pada Jumat, 17 Januari 2025, Desa Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, melaksanakan program inovatif yang mengintegrasikan penggunaan kompos pada polybag berbasis sistem biopori. Program ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan limbah organik dan anorganik yang selama ini menjadi tantangan bagi masyarakat setempat.
Dialog Inspiratif di Tengah Masyarakat
Dalam kegiatan sosialisasi yang dihadiri oleh warga, tokoh masyarakat, dan Kepala Desa Bendunganjati. Bapak Pudji menyampaikan “Kita harus memanfaatkan limbah yang ada di sekitar kita. Dengan cara ini, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan keluarga.” Pernyataan ini disambut antusias oleh warga yang hadir.Salah satu peserta, Ibu Asniah, mengungkapkan rasa syukurnya atas pelatihan tersebut. “Saya tidak pernah menyangka bahwa limbah dapur bisa diubah menjadi pupuk yang bermanfaat. Kini saya bisa menanam sayuran sendiri di halaman rumah,” ujarnya dengan semangat.
Pelatihan dan Pendampingan yang Berhasil
Program ini melibatkan mahasiswa dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sebagai fasilitator. Dosen pembimbing, Daffa Dwi Sri Diyanti, menjelaskan “Kami berusaha memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat tentang cara membuat kompos dari limbah organik. Ini adalah langkah kecil yang memiliki dampak besar.”Kegiatan pelatihan mencakup pembuatan kompos dari sekam padi dan botol plastik yang dimodifikasi menjadi sistem biopori. Mahasiswa dan warga bekerja sama dalam praktik langsung, menunjukkan kekompakan dan semangat kolaborasi.
Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi
Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah. Selain itu, mereka kini dapat menanam bahan pangan secara mandiri meskipun dengan lahan terbatas. “Dengan adanya polybag berbasis sistem biopori ini, kami bisa menanam sayuran segar untuk kebutuhan sehari-hari,” tambah Ibu Lika, salah satu petani lokal.Program ini tidak hanya berhasil mengurangi limbah tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan desa. “Kami berharap model ini dapat diterapkan di desa-desa lain,” tutup Bapak Pudji dengan harapan besar akan keberlanjutan program tersebut.Dengan keberhasilan ini, Desa Bendunganjati menjadi contoh nyata bagaimana teknologi tepat guna dapat memberdayakan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.