Hutan di indonesia merupakan hutan terbesar didunia, sering kali hutan di indonesia mendapat julukan Paru-paru dunia dikarenakan fungsinya dalam menyerap karbondioksida dan menyimpannya dalam bentuk biomassa, namun, dikarenakan kerusakan yang ada pada berberapa lahan hutan di indonesia, fungsi ini dapat terganggu, Perkebunan merupakan salah satu penyebab penebangan hutan dan alihfungsi lahan, terutama perkebunan sawit.
Industri minyak sawit berperan dalam penghasil devisa tertinggi di indonesia yang banyak mengambil tenaga kerja hingga perkebunan kelapa sawit meluas lahannya. Diperkirakan bahwasannya deforestasi di indonesia 57% disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan 20% lainnya menjadi kebun untuk industri Pulp dan kertas (Ariana, 2017).
Deforestasi merupakan keadaan dimana luas hutan berkurang diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya adalah alih fungsi lahan untuk perkebunan, pemukiman, infrastruktur dan lainnya. Dimana alih fungsi ini dapat menyebabkan pengurangan kawasan hutan alam yang membantu menyerap emisi karbon dioksida dan menurunkan daya penyimpanan biomassa, ditambah lagi dengan kejadian kebakaran hutan belakangan ini, hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu global dan perubahan iklim yang serius.
Dikarenakan itu, perlunya dikaji lebih lanjut mengenai deforestasi ini, sebelumnya, berberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Mata kuliah Pekerja Sosial Internasional, Fakultas Kehutanan Program Studi Kehutanan yang terdiri dari Yusuf Setyo Anggroro (221201131), Hertha Denialty Marbun (221201148), Muhammad Nabil Al Faqih (221201153), dan Musa Prima Utama Simanullang (221201204). Kami akan mengkaji dan membahas lebih lanjut lagi mengenai Deforestasi ini.
Hutan VS Kebun Sawit
Seperti yang kita ketahui, Perkebunan sawit sudah mengambil alih lahan hutan yang sangat besar, hampir 57% deforestasi disebabkan oleh alihfungsi lahan dari hutan menjadi sawit, namun kenapa hanya sawit yang diprostes menjadi masalah alih fungsi lahan, kenapa pulp dan kertas tidak?
Sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak dibudidayakan saat ini, dikarenakan sawit sebagai penghasil minyak yang banyak dan hampir digunakan oleh seluruh dunia, yaitu minyak goreng, dimana hal ini berakibat naiknya permintaan pasar terhadap Minyak kelapa sawit yang berujung kepada peningkatan pasokan dan lahan kelapa sawit. Dikarenakan hal tersebut, lahan perkebunan yang sudah ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar, yang berakibat konversi lahan tambahan untuk perkebunan sawit, dengan pesatnya kebutuhan sawit tersebut menjadikan cepatnya alihfungsi lahan dari hutan alam menjadi kebun kelapa sawit.
Jelas, hal ini sangat berbeda dengan Industri Pulp dan kertas, dimana industri ini tidak berkembang dengan pesat, sehingga tidak terlalu memakan lahan dan tidak menyebabkan alih fungsi lahan yang besar seperti kelapa sawit, dan juga faktor tanaman yang digunakan dalam perkebunan Pulp sendiri termasuk tanaman kehutanan yang memiliki fungsi biologis mirip dengan tanaman hutan alam, sehingga hutan produksi seperti pulp dan kertas tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai penyimpan biomassa.
Ekonomi dan Sawit
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil komoditas sawit terbesar di dunia, sekitar 59% produksi kelapa sawit ada di indonesia diikuti oleh malaysia sebanyak 24% (Brin, 2024). Indonesia memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar 16,38 juta ha dengan total produksi 46,8 juta ton CPO. Ia memperlihatkan data Kementerian Pertanian, bahwa 73,83% dari jumlah nilai ekspor pertanian Indonesia berasal dari komoditas kelapa sawit.
Industri kelapa sawit memegang peran vital dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2016, sektor ini menghasilkan ekspor senilai 16,9 miliar USD (sekitar Rp228 triliun), menjadikannya komoditas ekspor terbesar Indonesia, bahkan melampaui sektor migas. Indonesia sendiri mendominasi pasar sawit global dengan pangsa pasar 54% dan menyandang status sebagai produsen dan eksportir sawit terbesar di dunia.
Perkembangan industri sawit juga memberikan dampak signifikan terhadap lapangan kerja. Dalam kurun waktu 25 tahun (1990-2015), luas perkebunan sawit meningkat drastis dari 1,1 juta hektar menjadi 14,03 juta hektar. Pertumbuhan ini menciptakan lebih dari 16 juta lapangan kerja, terdiri dari 12 juta pekerja di sektor industri dan 4 juta petani swadaya.
Dari segi kesejahteraan, studi yang dilakukan PASPI (2014) dan World Growth (2011) membuktikan bahwa industri sawit berhasil mengurangi angka kemiskinan, terutama di daerah pedesaan. Para petani sawit tidak hanya memperoleh penghasilan lebih tinggi dibandingkan petani non-sawit, tetapi juga mengalami pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat.
Sawit dan Deforestasi
Menurut pernyataan Bondan Andriyanu dari Sawit Watch, Indonesia mengalami konversi lahan yang sangat signifikan untuk perkebunan kelapa sawit. Setiap tahunnya, sekitar 500.000 hektar lahan pangan diubah menjadi perkebunan sawit. Untuk memberi gambaran, luas ini setara dengan hampir 700.000 lapangan sepak bola – sebuah perubahan yang sangat masif dalam penggunaan lahan.
Riset Sawit Watch pada tahun 2012 lebih spesifik menunjukkan bahwa 276.248 hektar hutan telah dikonversi menjadi perkebunan sawit. Angka ini mengindikasikan bahwa ekspansi kelapa sawit tidak hanya mengambil alih lahan pangan, tetapi juga kawasan hutan yang memiliki fungsi ekologis penting.
Dari data diatas ditemukan bahwasannya Angka deforestasi oleh perkebunan sawit sendiri sangat besar, sebanyak 30.000 hektare hutan dikonversi menjadi kebun sawit. Angka tersebut meningkat 36% dibandingkan dengan 22.000 hektare hutan yang dibuka pada tahun sebelumnya.
Hal ini dapat menjadi perhatian dikarenakan semakin banyak Hutan yang dikonversi menjadi lahan sawit, maka hutan di dunia akan mengalami penurunan luas areal yang sangat signifikan, selain itu ekosistem dan biodiversitas hutan akan terganggu, dan juga menyebabkan kehilangan berberapa spesies endemik di indonesia akan berkurang atau mungkin menjadi punah, bencana alam juga akan sering terjadi, dikarenakan zona buffer akan semakin menipis mengakibatkan hutan dan alam tidak mampu lagi menahan bencana seperti banjir dan lain sebagainya.
Penutup
Sawit memang menjadi salah satu prospek ekonomi yang vital di indonesia, namun hal ini menyebabkan salah satu lahan penting, yaitu hutan terkena dampak yang sangat besar, dikarenakan itu, perkembangan industri sawit juga harus dibarengi oleh perawatan dan reboisasi kembali lahan hutan alam yang sudah gundul, sehingga hutan alam fungsinya dapat dipulihkan kembali. Selain itu, pemerintah juga harus berkontribusi dalam penegakan hukum, seperti memberantas perusahaan illegal yang membabat habis hutan dan membantu untuk memanajemen hutan sehingga dampak dari deforestasi tersebut dapat diminimalkan.
Artikel ini adalah publikasi Tugas MKWU Pekerja Sosial Internasional dengan Dosen Pengampu Fajar Utama Ritonga S.Sos., M.Kesos.