Kota Medan, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, seringkali dilanda banjir, terutama saat musim hujan, seperti pada tanggal 27 November 2024 lalu. Banjir yang terjadi di Medan biasanya dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari curah hujan yang tinggi hingga masalah infrastruktur yang kurang memadai.
Medan terletak di wilayah dataran rendah dengan curah hujan yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan. Hujan yang deras dalam waktu singkat dapat menyebabkan saluran air tidak mampu menampung volume air yang besar, sehingga terjadi genangan air yang meluas.
Kota Medan memiliki sejumlah sungai, seperti Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Percut, yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan. Namun, banyak sungai di Medan yang tidak lagi dapat berfungsi secara optimal akibat sedimentasi, sampah, dan limbah yang menumpuk di sepanjang aliran sungai. Hal ini memperburuk masalah banjir, terutama di kawasan pemukiman yang terletak di bantaran sungai.
Pembangunan pemukiman yang tidak terkontrol, serta pembangunan permukiman di daerah resapan air dan daerah rawan banjir, memperburuk kondisi. Banyaknya bangunan yang dibangun di atas lahan yang tidak semestinya dapat menghalangi aliran air, sehingga menyebabkan banjir di daerah tersebut.
Perubahan iklim global juga turut memengaruhi pola cuaca di Medan. Peningkatan suhu global menyebabkan terjadinya curah hujan yang lebih ekstrem dalam waktu yang lebih singkat, yang berisiko memicu banjir bandang.
Dampak Banjir di Kota Medan
Banjir di Kota Medan memberikan dampak yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, maupun kesehatan, antara lain:
1. Kerugian Ekonomi
Banjir menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan rumah-rumah warga. Kerusakan ini memerlukan biaya yang besar untuk perbaikan. Selain itu, sektor perdagangan dan pertanian juga terdampak. Banyak usaha kecil dan menengah yang harus berhenti beroperasi sementara waktu, dan hasil pertanian yang terendam banjir sering kali mengalami kerugian.
2. Gangguan Aktivitas Masyarakat
Banjir menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat, baik di sektor pendidikan, pekerjaan, maupun transportasi. Jalan-jalan utama terendam, membuat kendaraan tidak bisa melintas, dan sekolah-sekolah pun sering diliburkan akibat air yang masuk ke dalam bangunan.
Kesimpulan
Banjir di Kota Medan adalah masalah yang kompleks yang memerlukan pendekatan holistik dari berbagai pihak. Dengan peningkatan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik, serta kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan lingkungan, diharapkan banjir di Medan dapat diminimalisir dan dampaknya dapat dikurangi. Upaya penanggulangan banjir ini memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta demi menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi warga Kota Medan.
Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas MKWU Pekerjaan Sosial Internasional dengan Dosen Pengampu Fajar Utama Utama Ritonga S.Sos., M.Kesos.