Dompu – Pada Jumat sore (20/12/2024), banjir bandang kembali menghantam wilayah Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebabkan jembatan di Desa Sori Tatanga, Kecamatan Pekat, mengalami kerusakan hingga putus. Banjir bandang adalah jenis banjir yang terjadi secara tiba-tiba dengan volume air yang besar dan arus yang sangat deras. Biasanya, banjir ini dipicu oleh hujan deras dalam waktu singkat, longsor, atau meluapnya sungai. Banjir bandang sering membawa material seperti lumpur, batu, dan kayu, sehingga dapat menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan, infrastruktur, dan pemukiman.
Hujan lebat yang mengguyur sejak pukul 16.00 Wita menyebabkan hampir seluruh wilayah di kawasan hilir sungai terendam banjir. Hingga saat ini, hujan masih berlangsung di sebagian besar wilayah Dompu. Wilayah yang sebelumnya telah tergenang banjir pada Kamis malam (19/12/2024) kini mengalami banjir kembali, meskipun kondisi sempat membaik setelah banjir surut pada Jumat siang. Situasi tersebut bahkan sempat memungkinkan warga untuk kembali beraktivitas secara normal seperti biasa sebelum banjir kembali melanda. Ketinggian air banjir di sejumlah wilayah bantaran sungai mencapai hingga dua meter. Beberapa lokasi terdampak di antaranya adalah Lingkungan Kota Baru di Kelurahan Bada, Lingkungan Kampo Samporo di Kelurahan Bali 1, serta Lingkungan Mantro di Kelurahan Karijawa.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi bencana banjir bandang memerlukan pendekatan yang komprehensif, dimulai dari upaya pencegahan, penanganan darurat, hingga langkah pemulihan pascabencana. Dalam hal pencegahan, penting untuk merehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai (DAS) dengan melakukan reboisasi di kawasan hulu. Hal ini bertujuan meningkatkan daya serap air dan mengurangi aliran permukaan yang memicu banjir. Selain itu, pembangunan infrastruktur penahan seperti tanggul, bendungan, dan saluran drainase yang memadai perlu dioptimalkan untuk mengendalikan aliran air. Penerapan sistem peringatan dini berbasis teknologi juga sangat penting agar masyarakat dapat bersiap menghadapi potensi banjir, sementara pengelolaan tata ruang harus memastikan tidak ada aktivitas pembangunan di daerah rawan banjir, terutama di bantaran sungai.
Saat bencana terjadi, respons cepat harus menjadi prioritas utama. Evakuasi warga ke tempat yang aman perlu dilakukan segera, dengan penyediaan jalur evakuasi yang jelas dan tempat penampungan yang memadai. Bantuan logistik berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban. Kerja sama dengan tim SAR dan relawan sangat diperlukan untuk membantu proses penyelamatan dan distribusi bantuan.
Setelah banjir surut, langkah pemulihan perlu difokuskan pada perbaikan infrastruktur yang rusak, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Dukungan ekonomi juga penting diberikan, misalnya melalui bantuan keuangan atau program pemulihan bagi masyarakat yang kehilangan mata pencaharian akibat banjir. Edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi dan mengurangi risiko bencana di masa depan harus terus ditingkatkan. Selain itu, pendekatan berbasis komunitas, seperti melibatkan warga dalam kegiatan konservasi lingkungan dan membentuk kelompok siaga bencana, dapat memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman banjir. Dengan upaya yang terpadu, dampak bencana banjir bandang dapat diminimalkan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat dapat terjaga.